SANGATTA- Dunia pendidikan mengalami perubahan sejak adanya pandemi Covid-19. Dimana metode pembelajaran tatap muka yang biasa di lakukan dalam proses belajar antara guru dan murid, kini berubah seiring denga perkambangan tekhnologi informasi yang menuntut setiap proses belajar mengajar perlu adanya jaringan internet terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.
Hadirnya kurikulum Merdeka yang sudah di terapkan di seluruh jenjang pendidikan, juga menjadi tantangan tersendiri, mengingat, kurikulum yang mulai dikenalkan sejak Februari 2022 ini menuntut tenaga pendidik maupun siswa untuk mampu mengoptimalkan bakat serta kreatifitas yang dimiliki.
Salah satu sumber informasi yang saat ini banyak di manfaatkan oleh masyarakat termasuk siswa adalah hadirnya jaringan internet yang menjadi referensi utama dalam mendapatkan informasi terkini
Di Kutai Timur (Kutim) sendiri, permasalahan blank spot atau wilayah yang belum mendapatkan akses internet secara memadai masih banyak, terutama di wilayah pedalaman yang jaraknya cukup jauh dari ibu kota Kabupaten.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPRD Kutim Joni menyebut, pemerintah melalui instansi teknisnya selalu mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jaringan internet, namun dirinya menyebut, pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap.
“Insya Allah, tahun ini kan sudah berjalan, dan mungkin tahun 2025 mendatang sudah selesai,” ujarnya.
Menurut pria kelahiran 14 Mei 1971 ini, dirinya melihat pemerintah daerah tidak menutup mata terkait masih banyaknya wilayah yang belum bisa merasakan layanan jaringan internet secara memadai, namun, seiring waktu berjalan seluruh wilayah yang ada di 18 kecamatan akan mendapatkan layanan jaringan internet yang bisa di manfaatkan masyarakat dalam mendapatkan informasi, salah satunya oleh para siswa. (ADV/G-S08)
